Di Antara Hiruk Pikuk Rutinitas Di Sebuah Tempat Bernama Smpit Al-Khairiyah, Takdir Menulis Pertemuan Kami Dengan Cara Yang Begitu Sederhana. Ia Datang Sebagai Guru Baru, Membawa Langkah Tenang Dan Senyum Yang Bersahaja, Sementara Aku Telah Lebih Dulu Mengabdi Di Sana. Awalnya Hanya Sapaan Ringan Antar Rekan Kerja, Bahkan Sempat Terselip Rasa Risih Saat Candaan Teman Mencoba Mempertemukan Kami. Namun Perlahan, Tanpa Kami Sadari, Dari Gurauan Kecil Itu Tumbuh Rasa Yang Lembut — Menyapa Hati Dengan Cara Yang Tak Terduga.